Sabtu, 28 April 2012

Bercinta dengan Alam

Perjalanan bercinta dengan alam kali ini mencoba trip yang diadakan oleh DEWA BEJO (Desa Wisata Beji Harjo).  Memang sedikit berbeda dengan manajemen WIRAWISATA yang kami kunjungi sebelumnya. 






Meskipun lokasi jelajah nya sama namun Dewa Bejo mempunyai alur dengan start dan finish yang lebih panjang dari pada WIRAWISATA, penjelasan mengenai Gua Pindul lebih 'mengena' , bukan sekedar informasi yang diberikan pada kami (karena banyak pemandu yang lebih tua sehingga lebih mengenal lokasinya alamnya sendiri) kami diajak merasakan keheningan dengan 'rasa' yang mendalam..... *terimakasih pak Romero! namun kekurangannya adalah banyak waktu "krik..krik..krik.." dari start ataupun turning over location, kita tidak diperkenalkan pemandu mana yang akan memandu kita mereka hanya duduk duduk menunggi kita sudah siap atau belum, bahkan ada seorang pemandu yang sembunyi dari kami seakan tidak mau diberi giliran memandu (kesannya pilih pilih tamu) saat start tidak secepat ritmenya WIRAWISATA. Di DEWA BEJO kita berangkat tanpa diberi semangat dengan yel- yel yang harus kami ciptakan sendiri. Setelah saya tanyakan di FB kenapa dia sembunyi... ternyata dia adalah seorang Transphobia dan mungkin juga Homophobia, memang dirombongan kami ada satu kawan waria. Alhasil selanjutnya saya harus memberi pelajaran Gender dan Seksualitas di inbox FB nya.



Jumat, 20 April 2012

4|destinations(in)1|day



Air Terjun Sri Gethuk
RencaNa bergerak dengan 15 orang namun akhirnya dengan berat hati meninggalkan 3 orang karena sudah menunggu terlalu lama. 07.45 kami ber12 bergerak meninggalkan the munajat backpacker malioboro dengan dua mobil. Air Terjun Sri Gethuk, tujuan pertama perjalanan ini. Lokasi air terjun sekitar 41 km dari Jogja, tepatnya di dusun Menggoran desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul DIY. Lokasinya sangat terpencil. belum ada transportasi yang langsung menuju lokasi ini, rute menuju lokasi ini bisa mengikuti jalan ke Wonosari, setelah sampai pertigaan Gading belok ke kanan menuju Playen dan sampai Playen mencari arah Paliyan setelah itu kita tinggal mengikuti papan-papan arah bertuliskan wisata alam Air Terjun.
Lokasi wisata yang tergolong baru dibuka ini (sekitar th 2010 dan mendapat dana dari UMKM Pariwisata pada th 2011) masih dalam tahap pembangunan lokasi jalan. Jalan menuju ke sana masih belum rata dan sebagian masih bebatuan. Sarana parkir masih belum teratur. Namun tidak masalah buat para petualang seperti kami ini...  setelah parkir di sisi jalan (masih tanah) kami langsung menuju turunan tangga yang berkelok 3 kali. Tidak begitu curam dan di setiap sudut ada beberapa rumah yang membuka warung "Sega Thiwul Penyet" nya. dengan sambal yang tentu saja "Joss..."













Pada Turunan terakhir kami dipersilakan membeli tiket sampan dengan harga RP. 7500,- per orang. Sampan mesin ini akan mengantar kita ke lokasi air terjun yang memang harus melawan arus sungai untuk mencapainya dan sampan ini aka mondar mandir membawa penumpang.


























Kami pun mulai menyusuri sungai menuju lokasi, pemandangan sangat indah, di sebelah kiri terlihat tebing-tebing batu padas purba dan di sebelah kanan kami disambut ambut air terun-air terjun kecil. Setelah 10 menit sampan pun berlabuh di batu padas yang lumayan rendah dan datar, kami turun dari sampan dan sudah terdengar suara gemercik air dari atas dan menggerojok dengan kerasnya. Tertarik kami untuk merasakan kesegaran air terjun, ingin juga mandi dan body rafting di sungai bawahnya.  






Satu jam kami menikmati indahnya air terjun Sri Gethuk, beberapa kali kami disuguhi keindahan pelangi yang muncul di atas gemericik air itu. Mas Udin dan Wisnu mengantar kami kembali ke dermaga awal dan kami menyempatkan makan siang dengan Sega Thiwul Sambal Bawang!




Cave Tubing Gua Pindul   

Setelah makan siang dengan Thiwul dan Sambal Bawang, kami meneruskan perjalanan menuju destinasi ke 2 yaitu Gua Pindul, ntah kenapa nama ini menjadi Pindul, banyak ceritanya.
Aliran Kali Oya ternyata sangat bertanggung jawab terhadap batu-batu karas yang diterjangnya menjadikan keindahan alam yang bisa dinikmati sampai kapanpun. Gua yang terbentuk sepanjang 350 m ini sangat menarik untuk disusuri.selama 45 menit sampai 60 menit. Gua Pindul terletak 12 km dari kota Wonosari tepatnya di dusun Gelaran II Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul. Kami sudah membuat apointment dengan pengelola, seorang pemuda menjemput kami di Alun-alun Wonosari, kami mengikutinya sampai ke lokasi yang sudah tertata rapi. Wisata ini memag sudah dikelola oleh Karang Taruna setempat mereka mengelola dan mengiklankannya di Jaringan-jaringan Sosial organisasi mereka bernama  "Wira Wisata"  yang diketuai oleh mas Haris.





3 Zona di dalam Gua Pindul.
Setelah membayar karcis seharga Rp. 25.000,- per orang dan karena kami meneruskan ke Body Rafting Sungai Oya kami menambah Rp. 35.000,- jadi kami mebayar Rp. 60.000,- untuk 2 lokasi petualangan. Persiapan dimulai dengan memakai life jacket, memilih Ban (tubes) dan sepatu karet yang bisa dipinjam sesuai ukuran. kami di briefing oleh mas Eko pengantar kami dan kamipun berdoa bersama dan mengucapkan yel "MUNAJAT!" "YESS!"setelahnya.  Kami mulai bergerak kearah pekarangan belakang base camp, melewati rumah penduduk, kami melihat ada sebuah bangunan besar dan itu adalah gudang sarang burung Walet yang sudah tidak beroperasi. Menuruni tangga bertemu sebuah sungai dan kami mulai satu persatu duduk di ban masing masing, sambil bergandengan tangan, kami di tarik menuju mulut gua, mas Eko mulai bercerita tentang apa saja tentang gua Pindul ini termasuk larangannya yaitu orang yang masuk gua ini tidak boleh sedang "GALAU" apalagi "MARAH".

Dalam Gua Pindul terdapat 3 Zona. Zona pertama yaitu Zona Intrens (Terang), Zona Twilight (Senja atau Remang) dan Zona Gelap Abadi. Zona Terang pertama sebetulnya akan lebih indah bila atap gua yang sebetulnya berlubang vertikal namun ditutup sebuah atap dari asbes dan ternyata itu adalah atap sarang burung Walet tadi. menurut mas Eko dan Mas Joko, Gua ini sudah dipakai nenek moyang kita untuk bersemedi, ada tempat-tempat datar yang kelihatan biasa diduduki manusia. memandang ke atas kita bisa melihat Stalagmit bahkan ada yang berbentuk tirai, batu kolom dan ada yang terbentuk dari kristal, ada stalagmit yang besar dan kokoh dan dinamakan soko guru gua itu, namun yang paling menarik adanya sebuah bentuk lingga yang disebut Batu Pejantan dan Ceruk air. Konon dua benda ini sangat berkhasiat, kalau laki laki yang berhasil mengusap batu pejantan, maka dia aka sekuat batu dan apabila perempuan berhasil mendapat tetesan air dari Ceruk, maka dia akan awet muda. Wa -Allahu Alam hehehe,....
Setelah melewati Zona Remang di situ terdapat stalagmit yang apabila dipukul-pukul bisa mengeluarkan bunyi gamelan, pemandu kami pun mempraktekannya lalu suara seperti gong menggema diseluruh ruangan gua.  kemudian kita melalui Zona Gelap Abadi  selama 10 menit lalu dari kejauhan ditengah tengah Gua terdapat cahaya Matahari terik masuk menembus lubang vertikal tadi dan "Subhanallah" indahnya sinaran-sinaran cahaya tercipta.
Vertical Cave

Stalagtit

Vertical Cave


Melompat Bebas
Di Lubang cahaya vertikal tadi ternyata terdapat batu panjat untuk terjun bebas ke air, Byuuur.... satu persatu berlompatan, lalu kami keluar mulut Gua yang ternyata terdapat batu lompatan pula namun lebih tinggi, mas Eko pun ikut Terjun....setelah puas kami mentas ke atas dengan bantuan tali dan melanjtkan perjalanan ke Susur Sungai Oya dengan membawa Ban masing masing. 

River Tubing Oya

Dengan tali panjat tebing kami menaiki dinding dengan kemiringan 60 derajat, setalah sampai atas kami menuruni tangga selokan dan mulai berjalan di berbelok-belok mengikuti pematang sawah. 
Kami boleh membeli apa saja diperjalanan dengan jumlah dicatat dalam bon dan dibayarkan di basecamp (karena semua barang kami tinggal di sana), sungguh pengelolaan yang terorganisir dengan begitu baik di desa ini.

Di balik hamparan persawahan tiba-tiba kami dikejutkan sebuah sungai dengan deras yang lumayan tinggi namun aman. Sungai Oya ini dikelilingi tebing-tebing purba dan ada beberapa air terjun di sana. Kami mengawali tubing dengan riak yang paling tinggi kemudian kami dibawa arus secara tenang melewati padas padas tebing dan sampailah di air terjun yang dersa airnya, di samping air terjun ada batu lompat yang sangat tinggi mencapai 15 m, kalau punya nyali silakan coba... saya mandi di gerojogan saja... monggo...


Panjang River Tubing Kali Oya ini kurang lebih 5 km dengan pemandangan, tebing-tebing purba, air terjun, dan beberapa kali kami menyapa oarang yang sedang memancing ikan. Finish di kedangkalan, kami sudah dijemput mobil pick-up untuk kembali ke Basecamp. Sampai di Basecamp kami bebersih mandi dan disediakan minuman hangat Teh Jahe.  



Makan Malam di Pantai Sundak Timur
Sedikit terlambat untuk Sunset sebenarnya, namun memang perut sudah lapar, sampai pantai Sundak Timur pun kami duduk-duduk sebentar menunggu mBak Surat menyiapkan makan malam kami. Ikan Tuna Goreng Sambel Lombok Ijo dan Oseng oseng Jamur pun siap kami lahap.....