Tiket Air Asia ke Siem Reap yang telah saya beli 11 bulan sebelumnya akhirnya mengantarku pergi  ke sana. Yogya- Kuala Lumpur ditempuh dalam 2 jam, karena jadwal penerbangan selanjutnya pada pukul 06.50 maka saya memutuskan untuk menginap semalam di lobi bandara LCCT Kuala Lumpur,  lalu pagi hari nya saya berangkat  dari Kuala Lumpur menuju  kota  Siem Reap Kamboja .



Saya dengar, Siem Reap adalah kota yang sangat unik , menarik dan ramah. Saya membuktikan itu. Pertama orang Siem Reap yang saya temui tentu saja petugas imigrasinya, mereka sangat ramah apalagi kelihatan senang mendengar kata “Indonesia” yang mereka ucapkan “indonesii”. Kendaraan umum yang namanya “ tuk tuk” biasanya supirnya senang diajak ngobrol. Penjaga dan pemilik homestay juga ramah apalagi para pedagang di pasar ataupun di warung-warung makan.  Alasan inilah  yang menyebabkan saya ingin tinggal 7 hari di sini.

Cambodia menggunakan dua jenis mata uang yaitu Riil dan US $ dollar, per US $ = 4000 Riil. Mempersiapkan pacahan dolar kecil akan lebih mudah dalam bertarnsaksi di sana. Biaya makan jika dirupiahkan hampir sama di Indonesia. Dengan 3000 Riil kita sudah bisa mendapat menu makan yang enak dan cukup kenyang.  Tentu saja ini bukan harga di restouran atau kafe. Saya lebih menikmati makan di warung-warung atau kakli lima sambil ngobrol dengan orang-orang. Saya biasa makan di warung lokal atau gerobag dorongan di sekitar Old Market Wood Brigde, tempat ini adalah tempat nongkrong yang asik.
Tuk-tuk dengan harga yang sudah standar yaitu US $ 6.00 mengantar saya dari Bandara International ke Sam so Guest House saya merekomendasikan tempat ini untuk teman-teman yang akan ke sana. Sam so Guest House letaknay sekitar 500 m dari pusat kota, tempatnya bersih dan mempunyai fasilitas yang lengkap. Harga mungkin sedikit mahal dari guest house atau backpacker lain, yaitu US $ 12.00 sudah dengan fasilitas pendingin, sarapan dan airpanas untuk mandi,  namun karena saya tidak butuh mandi air panas akhirnya saya menawar dan dapat harga US $ 10.00 saja. Saya sudah mengececk beberapa guest house yang harganya berkisar anatara US $ 6-9 dollar namun tidak ada yang bersih dan sreg di hati saya.

Saya lebih suka jalan kaki untuk mengelilingi pusat kota Siem Reap dari pada diantar tuk-tuk atau ojek. Tempat yang biasa saya kunjungi hampir setiap hari adalah Old Market, Old Market Bridge, Night Markets dan Art Market, Pub Street dan beberapa Pagoda (tempat sembahyang seperti Vihara). Dalam dua hari saya sudah mempunyai temen-teman baik di sana. Yaitu ibu-ibu dari Vietnam yang menjual roti daging dan kopi, lalu beberapa supir  tuk-tuk dan ojek. Mereka sangat menyenangkan. Mereka yang bukan asli Cambodia bercerita kapan awalnya mereka pindah sana. Dan yang penduduk asli sangat antusias bercerita saat jaman perang dulu. Selain orang-orang di pusat kota itu saya juga menjalin pertemanan dengan para biksu di Vihara. Mereka sangat antusias untuk berbicara bahasa Inggeris. Saya bercerita kalau saya tinggal di dekat Borobudur, awalnya mereka kurang tahu tetapi setelah saya bukakan peta mereka sudah mengerti tentang Borobudur di Pulau Jawa. mereka bilang jarang ada  turis Indonesia ke Siem reap, kata ‘Java’ berhubungan dengan Jayavarman VII Raja Khmer yang membangun Angkor dan pernah berkunjung ke salah satu kerajaan di pulau Jawa.


Saya mengambil paket satu hari untuk mengunjungi candi-candi dengan membayar US $ 20.00 per orang, saya pergi dengan tuk-tuk dan membayar US $ 15.00 satu harinya. Mr Sapron (supir tuk tuk rekomendasi teman fb saya ) dengan setia menjemput saya pukul 05 pagi, di tengah perjalanan kami melewati sebuah pos yang ternyata itu adalah loket masuk ke area Angkor wat, setelah membayar saya di foto lalu saya mendapat karcis yang berbentuk kartu dengan foto saya, wah saya senang dengan hal ini. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju pusat candi Angkor wat, saya bersama sama ratusan orang menyaksikan sun rise yang muncul di balik Angkor wat, indah sekali, lalu saya diantar  keliling situs Candi yang lain, saat makan siang kami membeli nasi bungkus di pasar lalu kami bawa ke pinggir situs danau untuk dimakan. Mr. Sapron sangat cerdas dan mengerti tentang sejarah. Dia bisa menceritakan sejarah Cambodia terutama candi-candinya, setiap akan masuk setiap candi saya tidak boleh langsung turun dari tuk tuknya, karena dia akan memberi gambaran dan bercerita mengenai candi yang akan saya kunjungi. Hebat sekali dia!!! Saya tidak harus membayar pemandu seperti wisatawan lainnya. Kemudian saya di bawa ke sebuah bukit untuk menyaksikan sunset. saya diantar ke penginapan sekitar pukul 19.00 waktu Siem reap.

Yang paling mempengaruhi kehidupan saya,
Ketika dii Bandara saya dipertemukan teman-teman baru saya dari Malaysia (mereka satu pesawat dangan saya ). Pada hari ketiga kami janjian bertemu. Mereka mengajak saya ke sebuah rumah kecil namun di sana ternyata sudah berkumpul beberapa orang asing atau turis, mereka sedang memasak dalam porsi banyak, kami diperkenalkan mereka lalu kami ikut membantu mereka memasak. Memotong sayuran, menyiapkan bumbu-bumbu dan sebagainya. Saya baru tahu kalau rumah itu adalah tempat kegiatan dari  suatu organisasi kecil yang peduli pada bahaya kelaparan dan kemiskinan penduduk Siem Reap, kelompok itu menamakan dirinya "Touch*a*Life", saya tiba tiba  menjadi volunteer di sana, lalu saya datang setiap pagi, Kami belanja ke pasar lalu memasak untuk makan siang dan makan malam buat anak-anak miskin dan para penyapu jalanan yang kebanyakan ibu- ibu. Setiap hari Sabtu mereka membagikan makan di pelosok desa. Saya mempunyai satu kesempatan hari Sabtu jadi saya ikut ke desa-desa terpencil menggunakan tuk tuk dengan membawa makanan, obat –obatan dan beberapa pakaian untuk dibagikan. Sesampainya di desa-desa itu saya sangat merasa sedih, karena ternyata penduduk desa di sini sangat lebih miskin dari pada yang saya lihat di Indonesia. Kebanyakan mereka tinggal di bantaran sampah dan beberapa area yang kumuh. Mereka tidak mempedulikan kesehatan mereka dan anaak-anak. Saya sempat tertegun sejenak, memisahkan diri dari para volunteer lainnya, mencari tempat sepi untuk menangis. 

memasak bersama by Nge Derk

membagi -bagikan makanan di desa by Edmun
nenek dan cucunya menerima makanan by Edmun
mengunjungi rumah lanjut usia

foto by Kelvin Wong
foto bareng anak-anak desa by Kelvin Wong
Jika anda ingin mendapat keramahan silakan bersikap ramah, karena orang Khmer akan berlaku ramah juga pada kita. Sapaan How are you, thank you dan bye bye sambil menyembah sudah menjadi kebiasaan di sana.

Karena Air Asia, saya berkesempatan mengunjungi Siem Reap 
dan berubahlah pandangan hidup saya!.