Kamis, 22 Mei 2014

Vesak 2558 BE |Saya memilih Jawa Timur|




Sebenarnya ada pilihan lain untuk kunjungan Waisak ini, Borobudur yang sebenarnya saya menghidari keramaian di sana lalu Candi Sewu di Komplek Prambanan, namun saya kurang mendapat informasinya, akhirnya saya memilih Maha Vihara Majapahit di Trowulan, ini pun karena ada semangat akan ditemani oleh seorang kawan backpacker Sidoarjo. 

Sancaka pukul 07.25 pagi dari stasiun Tugu Jogja membawa saya melesat turun di stasiun Mojokerto pukul 12.00. Kawan Fitro baru pulang kerja pukul 15.00 artinya dia belum bisa menjemput saya, akhirnya saya putuskan langsung ke Trowulan naik Len C yang ngetem sekitar 15 menit di terminal Mojokerto lalu mengantar saya langsung ke Trowulan. 




Celingak celinguk sendiri masuk Vihara, saya melapor ke pos keamanan Vihara sambil bertanya tentang penginapan di sekitar Vihara. Petugas keamanan malah mempersilakan saya untuk masuk ke bagian taman belakang Vihara yang di sebelahnya ada rupang Buddha tidur dan di sana saya diantar seorang ibu berjilbab menuju ke tempat menginap gratis. Saya masuk  ke sebuah ruang besar yang di pojokan ada tumpukan kasur yang bisa diapakai tidur. 



Saya pun menata tempat tidur saya sendiri. tempat ini bisa ditiduri sekitar sepuluh orang. Tiduran sebentar, lalu mandi ganti baju dan siap keliling Vihara tiba-tiba saya mendapat telepon kalau ternyata kawan saya berhalangan datang karena ibunya sakit dan keponakannya juga harus dibawa ke dokter. okelah akhirnya saya memang harus sendiri di prosesi ini di tengah-tengah ratusan ummat Buddha. 




Setelah makan malam yang telah disediakan di ruang makan acarapun dimulai dengan pesta Barongsai. Penduduk desa sekitar Vihara yang mayoritas Muslim pun ikut merayakan pesta di sana. Acara pesta selesai pukul sebelas an, beberapa menit kemudian area mulkai menyepi. Beberapa panitia mulai mempersiapkan acara inti yaitu detik detik Waisak pada pukul 02.15 pagi. Saya dan ummat Buddha yang sudah hadir menunggu di sekeliling pendapa. 


Pada pukul satu dini hari kami dipersilakan merapat ke Pendapa. Bante Virya yang didampingi Bante Vijhananda memimpin ummatnya untuk melakukan Pradaksina yaitu jalan mengelilingi Vihara sekaligus mengelilingi rupang reclining Buddha. Barisan di awali oleh kelompok berjubah putih yang terdiri dari para perempuan, Laki-laki dan saya melihat satu waria ikut di sana.


Mak Chong seorang waria yang ikut prosesi Waisak







Setelah selesai keliling lalu memandikan patung Buddha kecil, kami dipersilakan duduk di dalam pendapa dan melakukan membaca mantra-mantra sambil menunggu detik-detik Waisak..... lalu Bante Vijha membacakan surat peringatan Waisak dari kementrian agama RI yang ternyata terlalu panjang maka akhirnya dipotong untuk upacara detik-detik Waisak. 



Selesai Upacara detik-detik Waisak Bante memberi kultum sebentar, lalu tiba waktunya untuk membagi bingkisan Waisak. setiap orang mendapat satu tas berisi snack dan air suci Waisak juga masih banyak binhkisan lain yang akhirnya dibagi rata ke semua peserta upacara.... 
acara pun selesai saatnya kami tidur. ada banyak ummat juga yang langsung pulang. 
saya bangun pukul 06.00 pagi, mandi berkemas lalu dipersilakan sarapan bersama bante dan sekalian pamitan. Saya pun menyempatkan diri ngobrol dengan mbak waria yang ikut prosesi juga juru masak di sana.
Saya naik bis menuju Krian untuk bertemu kawan saya di sana dan melanjutkan ngebolang kami.